INTERFEROMETER
MICHELSON
(Laporan
Praktikum Fisika Eksperimen)
Oleh:
Kelompok
IV
LABORATORIUM
EKSPERIMEN FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
Judul Percobaan :
Interferometer
Michelson
Tanggal percobaan :
14 April 2016
Tempat Percobaan :
Laboratorium Eksperimen Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan : Fisika
Kelompok : IV (Empat)
Nama Kelompok :
Rizki
Putri Surahman 1417041073
Randi Setiawan 1317041034
Suwarni 1317041046
Citra Widyaastuti 1417041016
Bandar
Lampung, 14 April 2016
Menyetujui,
Kepala
Laboratorium Eksperimen Fisika
Drs. Posman Manurung,
M.Si., Ph.D
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan laporan dengan judul “Interferometer Michelson”.
Laporan ini kami buat berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan di Laboratorium Eksperimen Fisika untuk mengukur panjang
gelombang cahaya dan mempelajari konsep pola interferensi. Pola interferensi
tersebut dapat kita buat dengan menggunakan sebuah alat yaitu interferometer
Michelson. Alat ini ditemukan
oleh seorang fisikawan asal Amerika Serikat yaitu Albert Abraham Michelson.
Berdasarkan teori jika sinar berkas saling menghancurkan maka akan terjadi
lingkaran gelap di pusat pola. Namun jika sebaliknya berkas saling menguatkan
maka akan terjadi lingkaran terang di pusat pola interferensi.
Kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Posman Manurung dan asisten praktikum percobaan ini sebagai
pembimbing kelompok kami yang telah memberikan saran dalam penulisan laporan
ini. Penulis menyadari laporan ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
untuk kesempurnaan penyusunan yang akan datang. Semoga kebaikan yang telah
diberikan dapat menjadi amal sholeh dan ibadah bagi kita semua dan mendapatkan
pahala yang setimpal dari Allah SWT.
Bandar Lampung, 14
April 2016
Kelompok
IV
ii
|
|
INTERFEROMETER
MICHELSON
Oleh
Kelompok IV
Telah dilakukan praktikum mengenai
percobaan interferometer Michelson. Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa
dapat mengukur panjang gelombang dengan menggunakan interferometer Michelson
dan mempelajari kegunaan pada pola interferensi yang dihasilkan oleh
interferometer Michelson. Interferometer
Michelson merupakan seperangkat peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi untuk
menghasilkan pola interferensi. Percobaan dilakukan dengan menggunakan alat dan
bahan yaitu laser, layar, dan interferometer yang terdiri dari beam splitter, cermin, dan lensa yang
selanjutnya susun
seperti pada skema alat percobaan. Cara kerja alat sehingga dapat menghasilkan
pola interferensi adalah ketika laser sebagai sumber cahaya melewati beam
splitter maka cahaya akan terbagi menjadi dua dengan berjalan pada lintasaan
yang berbeda, masing-masing cahaya yang terbagi dua akan menuju ke cermin
bergerak dan cermin tetap yang kemudian dipantulkan kembali menuju layar
sebagai tempat mengamati pola interferensi. Dari pola interferensi yang
terbentuk akan dihitung panjang gelombangnya. Percobaan dilakukan dengan lima kali
pengulangan. Hasil yang diperoleh terbentuk 3 pola interferensi dengan pusat
pola terang (konstruktif) dan 2 pola interferensi dengan pusat pola gelap
(destruktif) yang masing-masing menggunakan jarak pergeseran cermin (dm) 15x10-6 m , 6 x 10-6 m, 19x10-6
m, 12x10-6 m, dan 1x10-6 m. Dari data diatas didapatkan
hasil perhitungan yaitu dm sebesar 1,06 x 10-5 m.
|
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………….…… i
KATA PEGANTAR ………………………………………………………………..…. ii
ABSTRAK …………………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI
………………………………………………………………………….. iv
DAFTAR GAMBAR
………………………………………..………………………… v
DAFTAR TABEL
…………………………………………………………………….. vi
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ……………………………………………..……………………
1
B. Tujuan
Percobaan …………………………………………..…………………...
2
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Percobaan
Michelson-Morley…………………………………………………....
3
B. Laser…………………………………………………………………………….. 4
III.
PROSEDUR
PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
…………………………………………………………………. 7
B. Prosedur
Percobaan ……………………………………………..……………....
8
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Data
Pengamatan …………………………………………………..……………
9
B. Pembahasan
…………………………………………………………..………… 9
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.
Percobaan
Michelson-Morley…………………………………………………...
3
2.
laser
……………………………………………………………………………..
7
3.
Layar
…………………………………………………………………………… 7
4.
interferometer
…………….…………………………….……………………… 7
5.
Pola interferensi pertama (destruktif)
…………………………………………. 10
6.
Pola interferensi kedua (konstruktif)………………………………………..…. 11
7.
Pola interferensi ketiga (destruktif)
………………………………………..…. 11
8.
Pola interferensi keempat (konstruktif)
………………………………………. 12
9.
Pola interferensi kelima (konstruktif)
…………………………………………. 12
DAFTAR TABEL
1. Hasil pengamatan
interferometer Michelson ………………………………………....
|
9
|
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interferensi merupakan sifat cahaya
yang dapat diamati ketika perbedaan gelombang cahaya dicampur bersamaan.Contoh
interferensi adalah pelangi yang kamu lihat dalam gelembung sabun, spektrum
warna opal, dan kilauan warna dari beberapa bulu burung. Di sebagian area pola
interferensi, gelombang cahaya berada dalam fase, dengan bukit dan lembah
saling menguatkan, membentuk daerah yang berkilau. Di daeah lain, di luar fase,
dengan bukit dan lembah yang berlawanan, membentuk daerah yang suram. Terdapat
berbagai variasi cara untuk memperagakan interferensi, pada bagian daerah yang
terang maupun daerah suram, dan perbedaan warna menggambarkan perbedaan panjang
gelombang cahaya. Interferensi menghasilkan gelombang yang berhimpit. Ketika
dua bukit (titik tertinggi) gelombang bertemu, mereka bergabung menjadi
gelombang yang lebih besar. Ketika bukit sebuah gelombang dan lembah (titik
terendah) gelombang bertemu, gelombang saling mengapuskan satu sama lain.
Dengan ditemukannya sinar laser yang mempunyai sifat koheren, maka Interferometer
dapat menjadi perangkat yang sangat berguna dalam industri.
Albert Abraham Michelson membuat dan menciptakan
sebuah Interferometer. Interferometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
panjang gelombang atau perubahan panjang gelombang dengan ketelitian yang
sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi.
Interferometer merupakan perangkat yang mengambil keuntungan dari Alam
Gelombang Cahaya. Kalau cahaya itu tidak boleh dianggap sebagai gelombang,
tidak ada pola gangguan yang diamati dalam eksperimen dapat terjadi seperti
yang mereka lakukan. Pada bagian ini, bagaimana cahaya dapat berinteraksi dan
mengganggu dengan dirinya sendiri untuk menghasilkan pinggiran ini dan
pola-pola karakteristik dari gelombang tersebut dijelaskan. Michelson mendesain sebuah
interferometer menggunakan prinsip membagi amplitudo gelombang cahaya
menjadi dua bagian yang berintensitas sama. Pembelahan
amplitudo gelombang menjadi dua bagian dilakukan dengan menggunakan pemecah
sinar (beam splitter) dan selanjutnya direkombinasikan untuk
membentuk pola interferensi. Untuk dapat mengetahui cara mengukur panjang
gelombang cahaya dengan menggunakan interferometer Michelson sekaligus dapat memahami
pola interferensi yang terbentuk, maka dilakukanlah percobaan ini.
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Dapat mengukur
panjang gelombang cahaya dengan menggunakan interferometer
Michelson.
2.
Mempelajari
kegunaan pada pola interferensi yang dihasilkan oleh interferometer
Michelson.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Percobaan Michelson-Morley
Menurut kaidah alih
bentuk Galileo, kecepatan (termasuk kecepatan cahaya) yang teramati oleh dua
kerangka acuan yang saling bergerak relatif tersebut berbeda satu sama lain dan
besarnya bergantung pada kecepatan relatif.
Sebaliknya, percobaan Michelson-Morley
yang dilakukan pada 1887 membuktikan bahwa laju cahaya tidak dipengaruhi oleh
kerangka acuannya. Pada percobaannya, cahaya diberikan pada sebuah cermin
pemecah berkas (beam splitter)
menembus sehingga sampai kepada cermin datar M1 dan
kembali ke beam splitter setelah
dipantulkan oleh cermin datar M1.
Setelah itu cahaya akan kembali dipantulkan menuju cermin datar M2 dan kembali ke beam splitter. Dari beam
splitter ini cahaya akan mengalami interferensi yang ditangkap oleh detektor
(layar).
Michelson dan Morley
melakukan percobaan berkali-kali pada saat yang berlainan sepanjang tahun dan
di lokasi yang berbeda-beda. Namun, hasilnya selalu sama. Dengan demikian,
kesimpulannya adalah besar kecapatan cahaya tetap tidak bergantung pada
kerangka pengamatannya. Untuk menjelaskan masalah tersebut, kerangka eter di
mana eter (sebagai medium yang diperlukan untuk perjalanan cahaya dengan
kelajuan c) rehat, ikut terseret oleh
gerakan bumi sehingga pergeseran pola interferensi tak terjadi (Kusminarto,
2011).
Menurut Soedojo (1999), fenomena
eter yang terseret bertentangan dengan gejala aberasi bintang yang telah lama
teramati sebelumnya, yaitu sebagai akibat gerakan bumi di lautan eter mengedari
matahari sepanjang tahun. Arah jatuhnya sinar bintang ke bumi berubah dari
waktu ke waktu sehingga bintang selama setahun tampak di bola langit menelusuri
lintasan lingkaran. Akibat tak menentunya keadaan gerak eter terhadap bumi,
maka konsep ini selanjutnya ditinggalkan dan kehadiran cahaya di ruang hampa
tanpa hadirnya medium tidak perlu dipermasalahkan.
B. Laser
Di akhir tahun 1940-an dan di awal
tahun 1960-an, fisika kuantum dua kontribusi yang sangat besar kepada
teknologi, yakni transistor dan laser. Transistor merangsang pertumbuhan
mikro-elektronika, yang membahas interaksi di antara elektron dan bahan besar. Laser
memimpin jalan ke arah bidang baru yang kadang-kadang dinamakan fotonik yang
membahas interaksi antara foton dan bahan yang besar (Halliday dan Resnick,
1986).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
A.
Alat
dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini disajikan pada Gambar 1,
Gambar 2, dan Gambar 3.
Gambar
2. Laser
Gambar
3. Layar
Gambar
4. Interferometer
B.
Prosedur
Percobaan
Pada
percobaan Interferometer Michelson ini melakukan pengukuran panjang gelombang
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Mengatur
laser dan interferometer sehingga dapat melihat dengan jelas fringes melingkar.
2. Mengatur
knob mikrometer sehingga lengan levernya kira-kira paralel dengan sisi dasar
interferometer. Dalam posisi ini hubungan antara rotasi knob dan pergerakan
cermin mendekati linier.
3. Memutar
knob mikrometer satu putaran penuh arah counterclockwise. Melanjutkan memutar
counterclockwise hingga angka nol pada knob terarah dengan tanda indeks. Mengabaikan
backlash yang terjadi ketika memutar reverse.
4. Menandai
rujukan pada kertas di antara dua fringes jika menggunakan secarik kertas
kosong sebagai layar. Akan lebih mudah menghitung fringes jika tanda rujukan
adalah satu atau dua fringes di luar pusat pola.
5. Memutar
pelan-pelan knob mikrometer counterclockwise. Menghitung jumlah fringes yang
melewati tanda rujukan tadi. Melanjutkan hingga hitungan sekitar 20 fringes
atau lebih. Ketika selesai menghitung, fringes itu seharusnya akan sama
posisinya dengan tanda rujukan tadi ketika mulai menghitung.
6. Mencatat
berapa jarak pergeseran cermin yang bergerak ke arah beam-splitter ketika
memutar knob mikrometer, sebut dm.
7. Mencatat
berapa jumlah fringes yang melewati tanda rujukan radi, sebut m.
8. Menghitung
panjang gelombang laser dengan rumus .
Menghitung juga error percobaan.
9. Menghitung
persentasi perbedaan panjang gelombang antara pengukuran dengan laser yang
tertera dalam spesifikasi alat.
IV. Hasil Pengamatan
dan Pembahasan
A. Hasil
Pengamatan
Adapun data pengamatan dalam percobaan ini di
sajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Data Pengamatan
No m dm(m) Keterangan
1 20 Destruktif
2 20 Konstruktif
3 20 Destruktif
4 20 Konstruktif
5 20 Konstruktif
B.
Pembahasan
Pada
percobaan Interferometer Michelson ini di gunakan alat dan bahan laser, cermin,
dan layar (kertas). Laser adalah singkatan dari Light Amplification by
Stimulated Emission of Radiation atau cahaya yang dikuatkan dari stimulus
emisi/pancaran radiasi. Laser adalah sebuah alat yang menghasilkan
pancaran cahaya
radiasi elektromagnetik yang koheren, intensitas tinggi, mudah diarahkan, dan
mempunyai lintasan lurus. Cahaya yang koheren berarti sinar-sinarnya
menghasilkan bukit dan lembah secara bersamaan setiap waktu (sama fasa). Pembentukan laser terjadi jika suatu atom
yang berada pada tingkat eksitasi disinari dengan foton tertentu yang sesuai
sehingga terangsang dan turun ke tingkat energi yang lebih rendah dengan
memancarkan foton cahaya tertentu pula. Cahaya radiasi ini bisa berasal dari
sinar inframerah, cahaya tampak, atau ultraviolet. Manfaat laser sangat banyak, salah satunya adalah dalam bidang
kesehatan/kedokteran. Sedangkan pada percobaan ini sinar laser di
gunakan sebagai berkas cahaya yang akan di pisah menjadi dua oleh splitter.
Sedangkan layar(kertas) digunakan untuk melihat hasil dua set spot dari laser. Hal
yang perlu di lakukan pada percobaan ini yang pertama adalah
menyatukan
berkas sinar dari laser dengan cara menghidupkan laser kemudian dari laser
tersebut sinar akan lansung menuju ke cermin cembung dimana cermin cembung ini
di gunakan sebagai pengumpul cahaya setelah itu sinar akan menuju pemisah
berkas (Spliter) cahaya yang dipisahkan akan masing-masing menuju ke cermin
bergerak dan cermin tetap dari dua cermin tersebut sinar laser akan kembali
lagi ke pemisah berkas yang kemudian menuju ke layar maka akan terlihat di
layar cincin-cincin lingkaran terang dan gelap. Apabila kedua sinar tersebut
saling menguatkan maka akan terlihat terang pada bagian tengah apabila kedua
sinar tersebut saling melemahkan maka akan menghasilkan sinar gelap pada bagian
tengahnya. Langkah selanjutnya adalah menyatukan dua berkas cahaya yang
terlihat pada layar dengan cara memutar tombol alignment screw pastikan dua berkas
cahaya tersebut bertumpuk. Percobaan pertama disajikan pada Gambar 4.
Gambar
5. Percobaan pertama
Percobaan
ini di lakukan dengan memutar tombol knob. Sebelum memutar tombol knob pastikan
tombol knob dalam posisi nol setelah itu putarlah tombol knob dan menghitung
1-20 kemudian lihatlah perubahan bentuk cahaya pada layar. Berdasarkan Gambar 4
dapat kita ketahui bahwa sinar yang didapatkan adalah sinar destruktif yang
berarti kedua siberkas cahaya tersebut saling melemahkan dengan m=20 dan dm(m)=. Percobaan selanjutnya
yaitu percobaan kedua yang di sajikan dalam Gambar 5.
Gambar
6. Percobaan kedua
Percbaan
kedua ini di lakukan dengan cara memutar knob yang terdapat pada sebelah kanan
interferometer apa bila kita berada pada sebelah kanan dari laser. Percobaan
kedua ini knob tidak di nol kan lagi melainkan knob yang tadinya di putar
dengan hitungan 1-20 pada percobaan ini knob lansung di putar. Maka di dapatkan
hasil percobaan dalam bentuk konstruktif dimana dua buah berkas cahaya yang
saling menguatkakn dengan m= 20 dan dm(m)= . Selanjutnya percobaan
ketiga di sajikan pada Gambar 6.
Gambar
7. Percobaan ketiga
Percobaan
ke tiga ini masih sama cara melakukan percobaannya dengan percobaan kedua hanya
saja percobaan ketiga ini melanjutkan pemutaran knob dan menghitung 1-20.
Berdasaarkan Gambar 6 kita dapat mengetahui bahwa hasil dari percobaan ketiga
ini didapatkan sinar destruktif dimana
kedua berkas cahaya yang saling melemahkan dengan m=20 dan dm(m)=. Setelah kita
melakukan percobaan ketiga tentunya kita melakukan percobaan yang ke empat.
Percobaan keempat disajikan dalam gambar 7.
Gambar
8. Percobaan Keempat
Percobaan
keempat ini masih sama cara melakukan percobaannya dengan percobaan kedua dan
ketiga hanya saja percobaan keempat ini melanjutkan penambahan pemutaran knob
dan menghitung 1-20. Berdasaarkan Gambar 7 kita dapat mengetahui bahwa hasil
dari percobaan ketiga ini didapatkan sinar Konstruktif dimana kedua berkas cahaya yang saling menguatkan
dengan m=20 dan dm(m)=. Setelah kita
melakukan percobaan ketiga tentunya kita melakukan percobaan yang kelima.
Percobaan kelima disajikan dalam gambar 8.
Gambar
9. Percobaan Kelima
Percobaan
kelima ini masih sama cara melakukan percobaannya dengan percobaan kedua,
ketiga dan keempat hanya saja percobaan kelima ini melanjutkan penambahan
pemutaran knob dan menghitung 1-20. Berdasaarkan Gambar 8 kita dapat mengetahui
bahwa hasil dari percobaan ketiga ini didapatkan sinar Konstruktif dimana kedua berkas cahaya yang saling
menguatkan dengan m=20 dan dm(m)=. Setelah dilakukan
semua percobaan maka dilakukan perhitungan dimana didapatkan dm rata-rata kemudian menghitung dan didapatkan hasil , Maka selanjutnya kita menghitung nilai dari λ
maka didapatkan nilai,,,,, kemudian menghitung
nilai dari lamda rata maka di dapatkan , dan nilai dari adalah maka didapakan nilai dari adalah .
Interferometer Michelson
adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu suatu alat yang digunakan
untuk menghasilkan suatu pola interferensi.
Interferometer Michelson merupakan alat yang paling umum digunakan dalam
mengukur pola interferensi untuk bidang optik yang ditemukan oleh Albert Abraham Michelson.
Interferometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang atau perubahan
panjang dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis
interferensi yang ditemukan oleh Michelson pada tahun 1881. Sebuah pola interferensi
dihasilkan dengan membagi seberkas cahaya
menggunakan sebuah alat yang bernama pembagi sinar
(beam splitter). Interferensi terjadi
ketika dua buah cahaya yang telah dibagi digabungkan kembali. Seperti halnya celah ganda Young,
interferometer Michelson mengambil cahaya monokromatik yang berasal dari sebuah
sumber tunggal dan membaginya ke dalam dua gelombang yang mengikuti
lintasan-lintasan yang berbeda. Interferometer ini digunakan oleh Michelson
untuk percobaan Michelson-Morley
bersama dengan Edward Morley.
Dalam satu versi percobaan Michelson-Morley,
interferometer menggunakan cahaya bintang sebagai sumber cahaya. Cahaya bintang
adalah cahaya yang memiliki koherensi temporal, namun titik sumber cahaya itu
memiliki koherensi spasial dan akan menghasilkan sebuah pola interferensi.
KESIMPULAN
1. Setiap
pergeseran selalu melibatkan pola gelap dan terangnya.
2. cermin 1 dan cermin 2 yang memiliki
panjang gelombang dan frekuensi yang sama.
3.
Panjang
gelombang laser He - Ne rata - rata berdasarkan hasil percobaan adalah 1,06x nm.
4.
Pantulan
cahaya masing dari cermin M1 dan M2, akan bersatu kembali pada lensa pembagi berkas
dan diteruskan ke layar pengamatan dengan menghasilkan pola gelap-terang berbentuk
cincin yang disebut princing.
5. dengan menggunakan seperangkat alat
interferometer Michelson diperoleh pola gelap-terang(princing) berbentuk
lingkaran-lingkaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Beiser, A. 1987. Konsep Fisika Modern Edisi ke Empat.
Erlangga. Jakarta. Hal.156-162.
Halliday, D dan Robert Resnick. 1986. Fisika Modern (terjemahan). Erlangga. Jakarta. Hal.60-66, 206.
Krane,
K.S. 1992. Fisika Modern (terjemahan).
Universitas Indonesia (UI-Press).
Kusminarto.
2011. Esesnsi Fisika Modern. ANDI.
Yogyakarta. Hal.7-9.
Soedojo,
P. 1999. Fisika Dasar. ANDI.
Yogyakarta. Hal.140.
Tipler, P.A. and Ralph A Llewelyn.
1999. Modern Physic 3th edhition.
W.H. Freeman and Company, 41 Madison Avanue. New York.
0 komentar:
Posting Komentar